Mengapa mayoritas UMKM di Indonesia gagal?

Pada dasarnya, keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Namun sayangnya, kita tidak bisa mengabaikan kenyataan yang menunjukkan bahwa mayoritas UMKM di negara ini mengalami kegagalan. Dalam pandangan ini, pentingnya untuk memahami penyebab mengapa terdapat UMKM yang sulit berkembang di Indonesia. Artikel ini akan menjelajahi keadaan UMKM saat ini, mengidentifikasi hambatan yang dihadapi, dan merinci upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sektor UMKM di Indonesia.

1. Minimnya/kesenjangannya digitalisasi

Saat ini, teknologi sudah berkembang pesat, hal ini dibuktikan dengan munculnya media sosial, online shop, online branding, di mana semua serba digitalisasi. Ternyata di masyarakat Indonesia khususnya bagi yang UMKM ada 84% mereka masih mempunyai mindset dengan membuka usahanya secara tradisional. Mengapa bisa terjadi seperti ini? Karena dari 84 persentase ini, mereka berharap untuk costumer bisa langsung datang ke tempatnya, jika customer-nya suka, mereka mengeluarkan word of mouth seperti mengajak ke customer lain untuk bisa mendapatkan customer baru (Source: Gojek dan INDEF, 3 Maret 2023).

Kalau berdasarkan dengan data dan dibandingkan, 65% dari negara Singapura yang sudah beradaptasi dengan online store dan 35% dari negara Vietnam yang sudah beradaptasi online store, sementara bagi negara Indonesia hanya 8% yang telah beradaptasi ke online store (Source: Kominfo, 3 Maret 2023). Padahal kalau dipikirkan lagi, customer di Indonesia kebanyakan sudah beralih ke online shop atau online store, mau itu di media sosial atau aplikasi yang berada di HandPhone.

2. Kalahnya dalam berkompetisi dengan perusahaan yang besar

Mayoritas masyarakat negara Indonesia masih salah paham apa yang dimaksud dengan poin kedua ini. Kita bukan membahas bahwa pastinya UMKM akan kalah dengan perusahaan yang besar karena mereka memiliki modal besar, banyak sumber daya manusia, ini adalah bukan alasan yang sebenarnya bahwa UMKM bisa kalah. Realitanya adalah karena masalah edukasi dan informasi yang belum merata di negara Indonesia.

Menurut dari kementerian UMKM dan Koperasi, “Hanya 17% pelaku UMKM yang bisa membuat rencana bisnis secara formal.” (3 Maret 2023). Bisnis yang punya Business Plan Grow bisa jauh lebih signifikan karena bisnisnya telah terstruktur, sudah tahu kalau misalnya rencananya akan dimulai dengan apa yang harus dilakukan dahulu sampai tahap terakhir. 

3. Kesusahan/kerumitan dalam menyusul apa yang sedang trending

Trend ini adalah bukan keterkaitan jika itu sedang ramai berarti itu sedang ngetrend, sebenarnya, trend itu bukan hanya sesuatu hal yang ramai saja tetapi trend itu adalah mengikuti perubahan sikap dari customer. Jika berdasarkan dengan data dari McKensey & Company, mereka telah mendapatkan data khusus bagi negara Indonesia, “Cuman 10% UMKM yang berhasil dapat menggunakan alat-alat digital untuk membantu menganalisa marketing yang sedang trend dan sikap konsumen.” Lalu, hanya 6% UMKM yang bisa melakukan data analisis untuk mengoptimalisasi strategi harga mereka. Yang lebih buruk lagi, 74% UMKM di Indonesia tidak melakukan pengetahuan marketing dahulu sebelum memproduksi produk dan servis yang baru. Ini adalah hal yang membuat mereka kesusahan dalam berusaha untuk mengerti dan merespon perubahan trend di dalam bisnis/usaha mereka.

Untuk para bisnis owner/UMKM harus selalu lihat apa yang sedang berubah di sekitar dan adaptasi strateginya. Kita harus tetap menjadi relevan, menguji coba atau tes terus per campaign basis, kalau misalnya berhasil di campaign itu, dites lagi, dilanjutin. Kalau berhasil dalam jangka panjang, jadikanlah core atau inti produk, lakukan market research, lihat sikapnya, turun ke lapangan, interview customer, lakukan FGD (Focused Group Discussion), sebenarnya ada lebih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk beradaptasi.

Jadi, apa solusi supaya bisnis/UMKM bisa lebih berkembang daripada sebelumnya dan menjadi yang lebih baik lagi? Pertama harus beralih menjadi Go Digital, kedua membuat Business Plan yang tertata rapi, terakhir ketiga selalu beradaptasi sama trend.

 

Scroll to Top